Sabtu, 27 September 2014

LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN SANITASI LIMBAH

                        Laporan Kunjungan Lapangan Sanitasi Limbah ke IPAL SEWON Bantul
                                     KESEHATAN MASYARAKAT UNRIYO 2014




BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Di Indonesia hasil pemantauan kualitas air yang dilaksanakan melalui program Prokasih masih menunjukkan tingginya kadar polutan di badan air. Air mempunyai karakteristik fisik dan kimiawi yang sangat mempengaruhi kehidupan organisme di dalamnya. Apabila terjadi perubahan kualitas perairan, terutama oleh bahan pencemaran lingkungan, maka keseimbangan hidup organisme yang ada di perairan tersebut bahkan kehidupan manusia pada khususnya dapat terganggu. Pencemaran lingkungan air sebaiknya dikendalikan pada tingkat awal dari suatu proses pencemaran yang terjadi. Apabila tingkat pencemaran air sangat dominan, maka pencegahan dan penanggulangannya memerlukan biaya yang sangat mahal (Sugiharto, 2008).
Untuk Yogyakarta telah ada sebuah lembaga atau instansi yang khusus mengurus air limbah ini. Instansi tersebut dinamakan Balai IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Balai IPAL ini terletak di Jalan Bantul KM 6, tepatnya di Dusun Cepit, Kalurahan Pendowoharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Propinsi DIY. Sistem IPAL ini menjangkau kurang lebih 1250 hektar daerah pelayanan atau sekitar 110.000 penduduk dengan 18.420 sambungan yang terdiri atas 17.330 sambungan rumah tangga dan 1.090 sambungan nonrumah tangga. Luas lahan IPAL Sewon ini adalah 6, 7 hektar.
Pengelolaan Balai IPAL ini melibatkan tiga unsur pemerintah daerah yakni Sleman (5 kecamatan), Kota (seluruh kota), dan Bantul (3 kecamatan) yang lebih dikenal sebagai Kartamantul. Balai IPAL ini telah berdiri sejak 1996 atas hibah dana dari Jepang, APBN, dan APBD dengan jumlah total dana adalah 68 milyar. Secara garis besar IPAL ini memiliki tiga kemanfaatan yakni perlindungan terhadap badan-badan air (sungai dan sumur) dari pencemaran rumah tangga, peningkatan dan estetika lingkungan, pemanfaatan hasil IPAL berupa pupuk organik dari lumpur air limbah.
Balai IPAL ini melibatkan beberapa instansi antara lain: Dinas Kimpraswil Yogyakarta, Bappeda Kabupaten/Kota, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kebersihan, Keindahan dan Pemakaman (DKKP), Dinas Kimpraswilhub, Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan. Pengoperasian Balai IPAL Sewon berada di bawah koordinasi Sub Dinas Cipta Karya Dinas Kimpraswil DIY dengan 35 personil yang berasal dari staf pemerintah Kartamantul Propinsi DIY dan pegawai kontrak. Sedangkan biaya operasional IPAL berasal dari APBD Kartamantul Propinsi DIY.

B.   Tujuan

C.   Manfaat

1.    Mahasiswa mengetahui proses Instalasi Pengelolaah Air Limbah (IPAL)


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

            Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta menggangu lingkungan hidup. Sumber lain mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, yang bercampur dengan air tanah, air permukaan dan air hujan. Berdasrkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa air limbah adalah air yang tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain seperti industri, perhotelan dan sebagainya.
            Diantara dampak kegiatan yang sangat berpengaruh pada kualitas lingkungan adalah dihasilkannya limbah pada berbagai kegiatan diatas. Beberapa pengertian air limbah menurut beberapa pendapat antara lain:
1.  Menurut Azwar (1989), air limbah adalah air yang tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang membahayakan kehidupan manusia atau hewan serta tumbuhan, merupakan kegiatan manusia seperti, limbah industri dan limbah rumah tangga.
2.  Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003), air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat­tempat umum lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup.
3.  Pengertian lain menyebutkan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada.
4.  Menurut Sugiharto (1987), air limbah (wastewater) adalah kotoran dari manusia dan rumah tangga serta berasal dari industri, atau air permukaan serta buangan lainnya. Dengan demikian air buangan ini merupakan hal yang bersifat kotoran umum.
     Lingkungan hidup dapat dilindungi dari pencemaran dengan pengolahan air limbah yang baik. Secara ilmiah lingkungan mempunyai daya dukung yang cukup besar terhadap gangguan yang timbul karena pencemaran air limbah tersebut. Namun demikian, alam tersebut mempunyai kemampuan yang terbatas dalam daya dukungnya sehingga air limbah perlu diolah sebelum dibuang. Beberapa cara sederhana pengolahan air buangan antara lain:
1.   Pengenceran atau Dilution
Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Tetapi dengan makin bertambahnya penduduk, yang berarti makin meningkatnya kegiatan manusia, maka jumlah air limbah yang harus dibuang terlalu banyak dan diperlukan air pengenceran terlalu banyak pula maka cara ini tidak dapat dipertahankan lagi. Disamping itu, cara ini menimbulkan kerugian lain, diantaranya bahaya kontaminasi terhadap badan-badan air masih tetap ada, pengendapan yang akhirnya menimbulkan pendangkalan terhadap badan-badan air, seperti selokan, sungai, danau, dan sebagainya. Selanjutnya dapat menimbulkan banjir.
2.   Kolam Oksidasi atau Oxidation Ponds
Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar matahari, ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air limbah dialirkan ke dalam kolam besar berbentuk segi empat dengan kedalaman antara 1-2 meter. Dinding dan dasar kolam tidak perlu diberi lapisan apapun. Lokasi kolam harus jauh dari daerah pemukiman dan di daerah yang terbuka sehingga memungkinkan sirkulasi angin dengan baik. Cara kerjanya untuk kolam oksidasi atau Oxidation Ponds adalah sebagai berikut:
a)   Empat unsur yang berperan dalam proses pembersihan alamiah ini adalah sinar matahari, ganggang, bakteri, dan oksigen. Ganggang dengan butir khlorophylnya dalam air limbah melakukan proses fotosintesis dengan bantuan sinar matahari sehingga tumbuh dengan subur.
b)   Pada proses sintesis untuk pembentukan karbohidrat dari H2O dan CO2 oleh chlorophyl dibawah pengaruh sinar matahari terbentuk O2 atau oksigen. Kemudian oksigen ini digunakan oleh bakteri aerobik untuk melakukan dekomposisi zat-zat organik yang terdapat dalam air buangan disamping itu terjadi pengendapan.
c)    Sebagai hasilnya nilai BOD dari air limbah tersebut akan berkurang sehingga relatif aman bila akan dibuang ke dalam badan-badan air seperti kali, danau, sungai.
3. Irigasi
Air limbah dialirkan ke dalam parit-parit terbuka yang digali dan air akan merembes masuk ke dalam tanah melalui dasar dan dinding parit-parit tersebut. Dalam keadaan tertentu air buangan dapat digunakan untuk pengairan ladang pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk pemupukan. Hal ini terutama dapat dilakukan untuk air limbah dari rumah tangga, perusahaan susu sapi, rumah potong hewan, dan lain-lainnya di mana kandungan zat-zat organik dan protein cukup tinggi yang diperlukan oleh tanam-tanaman.    

            Sebagai patokan dapat dipergunakan acuan bahwa 85-95% dari jumlah air yang dipergunakan menjadi air limbah apabila industri tersebut tidak menggunakan kembali air limbah tersebut (Sugiharto,1987). Meskipun merupakan air sisa namun volumenya besar karena lebih kurang 80% dari air yang digunakan bagi kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari tersebut dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor  atau tercemar. Selanjutnya air limbah ini akhirnya akan mengalir ke sungai dan laut dan akan digunakan oleh manusia lagi. Oleh sebab itu, air limbah ini harus dikelola dan atau diolah secara baik. Air limbah ini berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut:
1.   Air limbah yang bersumber dari rumah tangga atau domestic wastes water, yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah ini terdiri dari ekskreta yaitu tinja dan air seni, air bekas cucian dapur dan kamar mandi, dan umumnya terdiri dari bahan-bahan organik.
2.   Air limbah industri yang berasal dari berbagai jenis industri akibat proses produksi. Zat-zat yang terkandung didalamnya sangat bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industri, antara lain nitrogen, sulfida, amoniak, lemak, garam-garam, zat pewarna, mineral, logam berat, zat pelarut, dan sebagainya. Oleh sebab itu, pengolahan jenis air limbah ini, agar tidak menimbulkan polusi lingkungan menjadi lebih rumit.
3.   Air limbah kotapraja atau municipal wastes water yaitu air buangan yang berasal dari daerah perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat umum, tempat ibadah, dan sebagainya. Pada umumnya zat-zat yang terkandung dalam jenis air limbah ini sama dengan air limbah rumah tangga.


            Karakteristik air limbah perlu diketahui karena hal ini akan menentukan cara pengolahan yang tepat sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Pengolahan air limbah dapat digolongkan menjadi tiga yaitu pengolahan secara fisika, kimia, biologi. Ketiga proses tersebut tidak selalu berjalan sendiri­sendiri tetapi kadang-kadang harus dilaksanakan secara kombinasi antara satu dengan yang lainnya. Ketiga proses tersebut yaitu (Daryanto, 1995):
1.    Karakteristik fisik
Pengolahan ini terutama ditujukan untuk air limbah yang tidak larut (bersifat tersuspensi), atau dengan kata lain buangan cair yang mengandung padatan, sehingga menggunakan metode ini untuk pimisahan. Pada umumnya sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan mudah mengendap atau bahan-bahan yang mengapung mudah disisihkan terlebih dahulu. Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan­bahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses berikutnya (Tjokrokusumo, 1995).
2.    Karakteristik kimiawi
Pengolahan secara kimia adalah proses pengolahan yang menggunakan bahan kimia untuk mengurangi konsentrasi zat pencemar dalam air limbah. Proses ini menggunakan reaksi kimia untuk mengubah air limbah yang berbahaya menjadi kurang berbahaya. Proses yang termasuk dalam pengolahan secara kimia adalah netralisasi, presipitasi, khlorinasi, koagulasi dan flokulasi. Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa phospor dan zat organik beracun, dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Pengolahan secara kimia dapat memperoleh efisiensi yang tinggi akan tetapi biaya menjadi mahal karena memerlukan bahan kimia (Tjokrokusumo, 1995).
3.    Karakteristik bakteriologis
Semua polutan air yang biodegradable dapat diolah secara biologis, sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara biologis dipandang sebagai pengolahan yang paling murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah dikembangkan berbagai metoda pengolahan biologis dengan segala modifikasinya (Tjokrokusumo, 1995). Pengolahan air limbah secara biologis, antra lain bertujuan untuk menghilangkan bahan organik, anorganik, amoniak, dan posfat dengan bantuan mikroorganisme. Penggunaan saringan atau filter telah dikenal luas guna menangani air untuk keperluan industri dan rumah tangga, cara ini juga dapat diterapkan untuk pengolahan air limbah yaitu dengan memakai berbagai jenis media filter seperti pasir dan antrasit. Pada penggunaan sistem saringan anaerobik, media filter ditempatkan dalam suatu bak atau tangki dan air limbah yang akan disaring dilalukan dari arah bawah ke atas (Laksmi dan Rahayu, 1993).

            Selain melakukan pencegahan perlu adapun cara atau teknik pengolahan air limbah. Tujuan utama pengolahan air limbah ini ialah untuk mengurai kandungan bahan pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat di alam. Pengolahan air limbah tersebut dapat dibagi menjadi 5 tahap, berikut ini adalah tahap-tahapannya:
1.    Pengolahan Awal (Pretreatment)
Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah. Beberapa proses pengolahan yang berlangsung pada tahap ini ialah screen and grit removal, equalization and storage, serta oil separation.
2.    Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)
Pada dasarnya pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang sama dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses yang berlangsung. Proses yang terjadi pada pengolahan tahap pertama ialah neutralization, chemical addition and coagulation, flotation, sedimentation, dan filtration.
3.    Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)
Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat terlarut dari air limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa. Peralatan pengolahan yang umum digunakan pada pengolahan tahap ini ialah activated sludge, anaerobic lagoon, tricking filter, aerated lagoon, stabilization basin, rotating biological contactor, serta anaerobic contactor and filter.
4.    Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)
Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga ialah coagulation and sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion exchange, membrane separation, serta thickening gravity or flotation.
5.    Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)
Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan sebelumnya kemudian diolah kembali melalui proses digestion or wet combustion, pressure filtration, vacuum filtration, centrifugation, lagooning or drying bed, incineration, atau landfill


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.   Gambaran Umum IPAL Sewon
Instalasi Pengelolaan Air Limbah(IPAL) Sewon merupakan instalasi pengelolaaan limbah terpusat yang berada di Jalan Bantul KM 6, Dusun Cepit, Pendowoharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta.IPAL Sewon dibangun mulai tahun 1994 - Desember 1995 dan mulai beroperasi padatanggal 1 Januari 1996.
Sistem IPAL ini menjangkau kurang lebih 1250 hektar daerah pelayanan atau sekitar 110.000 penduduk dengan 18.420 sambungan yang terdiri atas 17.330 sambungan rumah tangga dan 1.090 sambungan non rumah tangga. Luas lahan IPAL Sewon ini adalah 6, 7 hektar. Wilayah pelayanan IPAL Sewon meliputi seluruh Kota Yogyakarta, sebagian wilayah Kabupaten Bantul (5 kecamatan) dan sebagian Kabupaten Bantul (3 kecamatan).
Secara garis besar keberadaan IPAL Sewon ini memiliki 3 manfaat yakni perlindungan terhadap badan-badan air (sungai dan sumur) dari pencemaran rumah tangga, peningkatan dan estetika lingkungan, pemanfaatan hasil IPAL berupa pupuk organik dari lumpur air limbah.

B.   Hasil
1.   Proses pengolahan air IPAL Sewon
Pengolahan air limbah yang digunakan untuk mengolah limbah domestik di IPAL Sewon Bantul adalah dengan proses pengolahan secara fisika biologi dan tidak menggunakan proses secara kimia. Pengolahan air limbah di IPAL Sewon Bantul dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a.    Pengolahan pendahuluan (pre treatment)
Pengolahan pendahuluan yang digunakan meliputi saringan jeriji,saringan kasar, bak equalisasi dan pengandap pasir (grift chamber).
b.    Pengolahan pertama (primary treatment)
Pengolahan pertama adalah pengolahan yang bertujuan untuk menghilangkan zat padat tercampur di dalam air limbah melalui pengendapan atau pengapungan.
c.    Pengolahan kedua (secondary treatment)
Pengolahan kedua yang digunakan dalam pengolahan air limbahdomestik di IPAL Sewon Bantul adalah aerasi dan pertumbuhan bakteri.
d.    Pengolahan lanjut (Ultimate disposal)
Pengolahan lanjut yang digunakan dalam pengolahan air limbah domestik di IPAL Sewon Bantul adalah pengolahan lumpur agar dapat dimanfaatkan kembali.
2.   Unit pengolahan air limbah
Unit pengolahan air limbah yang digunakan dalam IPAL Sewon Bantul meliputi:
a.  Saluran pembawa
        Air limbah yang dialirkan sebelum masuk IPAL akan dilewatkan pada saluran pembawa. Saluran pembawa berbentuk lingkaran terbuat dari betondengan diameter 100 - 130 cm.
b.  Rumah pompa
Rumah pompa terdiri dari :
1)  Bak equalisasi (equalition pond)
Tujuan bak equalisasi dalam IPAL :
a)  Untuk menjaga sistem pengolahan biologis dari pembebanan bahan organik yang berfluktuasi.
b)  Untuk mengawasi derajat pH
c)  Untuk meredam aliran yang masuk bagi sistem pengolahan fisik.
d)  Untuk memberikan aliran yang kontinyu pada sistem  pengolahan biologis saat IPAL sedang tidak dioperasikan.
e)  Untuk memberikan kontrol kapasitas aliran air limbah yang lebih merata.
f)   Mencegah masuknya konsentrasi zat beracun yang tinggi dalam sistem pengolahan biologis.
Bak equalisasi di dalam IPAL dirancang secara khusus sebagai bagian dari rumah pompa, sehingga dari luar fungsinya tidak terlihat begitu jelas.
2)  Saringan jeriji
Saringan jeriji terletak sebelum pompa angkat. Berfungsi untuk memisahkan kotoran-kotoran seperti tas-tas plastik dan bahan terapung lainnya dalam aliran masuk. Kotoran-kotoran tersebut dipisahkan secara manual dengan penggaruk aluminium dari ayakan jeriji dan dibuang minimal sehari sekali.
3)  Water indicator level
Water indicator level berfungsi menunjukkan ketinggian air limbahyang akan diolah dan jenis pengoperasian pompa. Ada dua jenispengoperasian pompa berdasarkan ketinggian air :
a)    Operasi pompa otomatis
b)    Operasi pompa manual
Jika ada peningkatan air limbah yang terjadi pada saat hujan deras maka air limbah secara langsung dibuang ke sungai menggunakan by pass, karena kualitas air limbah telah memenuhi effluen standar yang dapat diterima oleh badan air penerima.
4)  Pompa angkat
Pompa angkat jenis ulir (screw) berjumlah tiga buah dengan kapasitas 10,7 m3/menit. Dimana dua unit operasional dan satu unit sebagai cadangan.
Keuntungan menggunakan pompa ulir:
a)  Saluran air limbah lanjutan tidak tersumbat oleh kotoran-kotoran tas-tasplastik dan bahan-bahan terapung lainnya.
b)  Mampu menurunkan beban BOD air limbah sampai dengan30%.
c)  Menghilangkan buih-buih tidak masuk ke dalam kolam fakultatif.
c.  Bak penangkap pasir (Grift Chamber)
        Grift Chamber digunakan untuk menyaring pasir, batu atau kerikil dan material kecil lainnya dari limbah cair. Partikel yang diendapkan pada grift chamber mempunyai berat jenis yang besar dan terdiri dari partikel-partikel anorganik dan organik. Pada umumnya partikel yang diendapkan pada grift chamber adalah pasir. Grift chamber di IPAL Sewon Bantul berjumlah satu buah dua jalur dan dilengkapi dengan :
1)  Pompa pasir
Pompa pasir yang digunakan berjenis pompa celup (submersiblepump) dengan spesifikasi alat berdiameter alat 100 x 1 m3/menit x15 m x 5,5 kw.
2)  Siklon pemisah
Siklon pemisah yang digunakan memiliki spesifikasi alat diameter 100 x 1 m3/menit dan berjumlah dua buah. Siklon pemisah ini dihubungkan langsung dengan pipa keluaran dari pompa pasir. Tanah dan pasir yang dikumpulkan pada dasar grift chamber dihisap bersama kotoran oleh pompa pasir yang dipisahkan menjadi padatan dan cairan di dalam siklon pemisah, lalu tanah dan pasir yang sudah dipisah ditimbun pada ruang dasar siklon.
3)  Saringan kasar Saringan kasar yang digunakan berjumlah dua buah dengan spesifikasi alat W 2000 x 40 mm (ukuran mesh). Berfungsi untuk menghilangkan kotoran-kotoran plastik dan kotoran mengapung lainnya yang lolos dari saringan jeriji. Kotoran tersebut dihilangkan dari saringan kasar dengan cara manual dengan penggaruk aluminium satu atau dua kali dalam sehari.

d.  Laguna aerasi fakultatif
        Laguna aerasi fakultatif merupakan salah satu jenis pengolahan air limbah secara biologis dengan memanfaatkan tiga jenis bakteri, yaitu bakteri aerob, anaerob dan fakultatif (aerob-anaerob) untuk mendegradasi kandungan bahan pencemar yang terdapat dalam air limbah. Laguna aerasi fakultatif dirangkai dalam dua kolam pararel dan tiap kolam terdiri dari dua buah kolam atau laguna, dengan demikian semuanya berjumlah empat kolam atau laguna. Tiap kolam dilengkapi denganaerator berjenis surface aeration dan waktu tinggal air limbah dilaguna aerasi fakultatif ±5,5 hari.
Laguna aerasi fakultatif juga dilengkapi dengan :
1)    Aerator  Aerator yang digunakan berjumlah empat buah, type surfceaeration dengan spesifikasi alat diameter 2000 x 48 rpm x 30 kw. Aerator dioperasikan berdasarkan laju alir masukan kotoran. Secara umum pengoperasian aerator dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Laju aliran masukan dari kotoran(m3/hari)
3.874
7.750
11.625
15.500
Laju alir masukan dri kotoran(%)
25
50
50
100
Jumlah aerator yang beroperasi
2
2
4
4
Aerator yang dioperasikan
No 1-1
No 1-2
No 1-1
No 1-1
No 1-1/1-2
No 2-1/2-2
No 1-1/1-2
No 2-1/2-2
                                                     






Meskipun laju alir masukan dari kotoran lebih kecil dari laju alir rancangan, kotoran harus tetap diumpan ke saluran laguna. Jika laju alir masukan dari kotoran 80% lebih kecil dari harga rancangan, maka dapat dioperasikan hanya satu kolam saja (No.1-1/1-2 atau No. 2-1/2-2). Pada kasus ini aerator No. 1-1/1-2 atauNo. 2-1/2-2 harus dioperasikan.
2)    Kapal utama unit pembuangan lumpur Kapal utama unit pembuangan lumpur satu buah dengan spesifikasi alat W 2300 x L 6000 X H 1000 bertenaga mesin. Berdasarkan harga rancangan 3300 m3 (110.000 orang dalam daerah layanan dan menghasilkan lumpur 30 lt/orang.th : (110.000orang x 30 lt/org.th x 1000 = 3300 m3/th) lumpur per tahun akan terkumpul dalam laguna aerasi fakultatif. Alat pembuang lumpur yang digunakan terdiri dari atas sebuah unit penghisap dengan kapasitas 20 m3/jam (kandungan 20% padatan dan 80 % cairan) pada sebuah kapal utama.
3)    Indikator ikan
Ikan digunakan sebagai bioindikator terhadap tingkat pemulihan kualitas air melalui proses pengolahan. Jika ikan yang dijadikan indikator mati, maka hal itu menunjukkan bahwa kualitas air limbah masih jelek
.
e.  Kolam pematangan
        Air limbah yang telah diolah di kolam fakultatif dialirkan ke kolam pematangan dengan maksud untuk menstabilkan air limbah sebelum dibuang ke badan air. Kolam pematangan terdiri dari dua sistem yang dirangkai secara pararel dengan kolam fakultatif. Setelah penghilangan kotoran organik dan bakteri collon bacilli, limbah olahan selanjutnya di alirkan ke dalam Sungai Bedog melalui pipa beton dan saluran terbuka.

f.   Tempat pengeringan lumpur (sludge drying bed)
        Lumpur yang terkumpul dari dalam laguna aerasi fakultatif di buang ke tempat pengeringan dengan menggunakan unit pembuangan lumpur setahun sekali. Tempat pengeringan lumpur keseluruhannya terdiri dari 25 kolam, dibagi menjadi tiga bagian. Bagian No. 1 terdiri dari 9 kolam dan bagian No.2/No.3 masing-masing terdiri dari 8kolam. Kapasitas efektif dari satu kolam sekitar 240 m3. Jika konsentrasi lumpur 20 % maka kapasitas unit pembuangan lumpur adalah 20 m3/jam. Sehingga satu kolam pengering akan penuh dalam dua hari jika waktu operasi 6 jam/hari.
        Lumpur yang berada pada tempat pengeringan lumpur terbagi menjadi lapisan atas yang jernih dan lumpur yang kental pada bagian bawah. Batang penutup dipindahkan untuk mengeluarkan lapisan atas yang jernih dari tempat pengeringan. Operasi seperti ini diulangi untuk mengentalkan lumpur hingga cairan tidak dapat dipisahkan lagi. Setelah lumpur dikeringkan dengan panas matahari sampai bisa dikeluarkan dengan pengeruk/sekop. Setelah dikeringkan di terik matahari 2-3 bulan, lumpur kering dibawa dengan sebuah lori dan dibuang di tempat pembuangan lumpur.

3.   Proses pengolahan air buangan
               Air limbah domestik yang berasal dari kota Yogyakarta dansebagian Kabupaten Sleman serta Kabupaten Bantul dialirkan melalui jaringan pipa yang telah ada pada jaman Belanda. Sistem jaringan pipa yang menuju ke IPAL juga dilengkapi dengan pipa penggelontor. Fungsi dari pipa penggelontor adalah untuk melarutkan sampah-sampah yang ada dalam pipa-pipa yang tidak disingkirkanakan menghambat laju aliran air limbah ke IPAL. Air penggelontor diambil dari empat inlet, yaitu Dam Bendolele, Dam Pogung, Dam Prawirodirjan dan Selokan Mataram. IPAL sebagai tujuan akhir merupakan titik terendah dibandingkan dengan jaringan pipa keseluruhan, sehingga jaringan pipa air limbah ini memanfaatkan sistem pengaliran secara gravitasi dalam pengaliran air limbahnya.  
               Limbah kota (kotoran) dipompakan ke dalam grift chamber dengan menggunakan pompa angkat. Sebelum pompa angkat tersebut dipasangi jeriji untuk melindungi pompa dari kerusakan akibat benda-benda besar seperti sampah. Pompa angkat tersebut jenis ulir (screw). Pompa tersebut menghisap limbah secara kontinu tanpa tersumbat oleh kotoran-kotoran yang terbawa aliran limbah. Pada IPAL ini dipasang tiga buah pompa, dimana satu buah sebagai cadangan. Pompa jenis screw dapat dikendalikan secara otomatis berdasarkan kuantitas air limbah yang mengalir.
               Dengan pompa angkat limbah kotor dituangkan ke dalam grift chamber dimana kotoran-kotoran kasar dan berat seperti tanah dan pasir akan mengendap. Keluaran dari grift chamber dialirkan kesaringan kasar untuk menangkap kotoran-kotoran seperti kantung plastik, ranting kayu dan kotoran lainnya akan mengendap dan berkumpul di dasar grift chamber. Kotoran tersebut kemudian dialirkan dengan menggunakan pompa celup (submersible pump) dan akan dipisahkan dari limbah cair dan padatan dengan menggunakan siklon pemisah. Kemudian padatan ditampung dalam hooper yang berada dibawah siklon dan dibuang secara berkala, sedangkan limbah cair dikembalikan ke dalam grift chamber. Limbah kotor yang telah diolah secara fisik tersebut diumpankan melalui tangki distribusi ke laguna aerasi fakultatif.
               Laguna aerasi fakultatif dibagi dalam dua jalur dan tiap jalur terdiri dari dua kolam yang dirangkai secara seri. Di dalam laguna aerasi fakultatif, kotoran-kotoran organik yang terkandung dalam limbah kotor akan diuraikan dan dihilangkan secara biokimiawi dengan bantuan bakteri aerobik dan anaerobik. Pada permukaan laguna aerasi fakultatif, aerator mekanis dipasang sebagai pemasok oksigen, kemudian kotoran organik diuraikan oleh bakteri aerobik secara bersamaan pada bagian dasar atau bawah laguna yang tidak mengandung oksigen terjadi penguraian kotoran organik oleh bakteri anaerobik.
               Setelah penghilangan kotoran organik dilaguna aerasi, limbah olahan tersebut dialirkan ke kolam pertumbuhan seperti halnya laguna aerasi fakultatif, kolam pertumbuhan juga terdiri dari dua sistem yang dirangkai secara pararel. Setelah penghilangan kotoran selanjutnya dialirkan ke dalam Sungai Bedog melalui pipa beton dan saluran terbuka. Lumpur yang mengendap di dasar laguna aerasi fakultatif, diurai oleh bakteri anaerobik dan lumpur tersebut harus dikuras atau dihisap setiap satu sampai dua tahun sekali secara vakum dengan menggunakan ejector udara.
               Lumpur yang terkumpul dihisap dan kemudian ditampung di dalam bak-bak pengeringan lumpur. Kemudian lumpur dikeringkan secara alamiah, selanjutnya lumpur kering tersebut dimusnahkan di tempat pengolahan limbah padat yang berada di luar lahan pengelolaan limbah kota ini.

C.   Pembahasan
Pengolahan yang digunakan di IPAL Sewon adalah pengolahan biologi dengan mempergunakan bakteri aerob sehingga pada instalasi ini keberadaan aerator menjadi sangat vital. Hal ini terjadi karena aerator memiliki fungsi untuk memasok oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk menguraikan polutan. Apabila terjadi kerusakan pada aerator tentu proses pengolahan tidak berjalan dengan baik dan limbah tersebut dapat menimbulkan masalah baru.
Limbah yang masuk ke Instalasi Pengolahan Air Limbah yang terlayani sampai saat ini belum memenuhi batas maksimal sesuai dengan rancangan awal hal ini mungkin juga disebabkan karena IPAL Sewon yang menggunakan gaya gravitasi untuk mengalirkan air limbahnya  sehingga daerah yang terlayani hanya pada daerah yang letak tanahnya lebih tinggi dari IPAL Sewon.
Rancangan awal dari IPAL Sewon hanya menampung air limbah saja, namun kenyataannya masih ditemukan berbagai limbah padat yang ikut terbawa oleh aliran limbah hal ini terjadi mungkin karena kesadaran masyarakat yang masih kurang. Sampah-sampah itu akhirnya menyumbat aliran limbah pada titik-titik tertentu. Salah satu dampak dari adanya sampah yang terikut aliran air limbah adalah pihak IPAL secara rutin harus melakukan pembersihan saluran perpipaan. Selain itu terdapat banyak sampah yang terikut hingga pada grift chamber sehingga secara rutin pihak IPAL melakukan pengambilan sampah secara manual.
Pemeriksaan saluran perpipaan yang dilakukan oleh pihak IPAL mengalami berbagai kendala karena keterbatasan personil, dan jalur perpipaannya yang panjang, sehingga terdapat beberapa titik yang dalam jangka waktu bertahun-tahun baru dibersihkan. Titik-titik itu biasanya terdapat pada jalur perkampungan.
Air limbah yang diperbolehkan masuk ke IPAL sewon adalah seluruh air limbah domestik dari kegiatan kerumah tanggaan. Seluruh limbah tersebut diperbolehkan memasuki inlet secara langsung, kecuali tinja dari hasil pembersihan septic tank dan juga limbah laundry. Untuk penanganan kedua limbah tersebut, pihal IPAL Sewon menyediakan bak penampung sebelum dimasukkan ke inlet pengolahan. Jadi limbah tinja dan laundry didiamkan dulu dalam kurun waktu tertentu, hal ini bertujuan agar efek samping dari kerusakan yang mungkin timbul akibat kedua limbah tersebut. Limbah loundry memliki kadar pH yang cukup tinggi sehingga bisa merusakkan komponen pengolah. Namun sampai saat ini tempat yang digunakan untuk menampung limbah tinja dan laundry hanya terdiri dari sebuah bak yang di atasnya ditutup dengan menggunakan plastik, bak ini kurang efektif untuk digunakan sebagai penmapung, terutama untuk menampung tinja karena tinja mengandung bakteri patogen yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia.
IPAL Sewon merupakan instalasi yang khusus untuk mengolah limbah cair, namun pada musim hujan akan terjadi kenaikan debit limbah akibat tercampurnya air hujan dengan air limbah. Air hujan ini dapat terikut ke saluran limbah karena pipa saluran limbah sudah terlalu lama digunakan sehingga terjadi kebocoran di beberapa titik.
Pengolahan dengan sistem lumpur aktif tentu akan menimbulkan bahan sisa sludge. Lumpur hasil sisa dari pengolahan ini ditampung pada bak pengering lumpur setelah disedot dari kolam aerasi. Sampai saat ini lumpur-lumpur ini belum mengalami pengolahan karena lumpur hasil pengolahan limbah cair dikategorikan sebagai B3.


BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan



DAFTAR PUSTAKA

Mara dan Cairncross, 1994. Pemanfaatan Air Limbah & Ekskreta Patoakan untuk perlindungan   Kesehatan Masyarakat. Bandung : ITB. Universitas Udayana

Sugiharto, 2008. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta : UI Press

Hendartomo, Tomi. 2002.Analisa Instalasi Ppengolahan Air Limbah (IPAL) Sewon, Bantul, Yogyakara Tahun 2002._.

Karakteristik Limbah Cair (http://anitadwinurjanah.blogspot.com

Muchtar, dkk. 2011. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Kendari. Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Haluoleo.

Said, Nusa Idaman dan Wahjono, Heru Dwi. 1999. Alat pengolah Air Limbah Rumah Tangga Semi Komunal Kombinasi Biofilter Anaerob dan Aerob.. Jakarta. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

Soeparman, Suparmin. 2002. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.

Suwerda, Bambang. 2007. Kajian Efisiensi pengolahan Air Limbah Domestik dan Kandungan Logam Berat pada Ikan di IPAL Sewon Bantul Yogyakarta. Yogyakarta. Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada(http:// etd.ugm.ac.id)

Tato, Syahriar._. Desertasi Mengolah Limbah Cair Domestik dengan Filter Biogeokimia.

1 komentar:

  1. Baccarat | Play online - FEBCasino
    How to Play Baccarat · 바카라 사이트 How to play 인카지노 Baccarat · Rules of Baccarat · 1xbet Baccarat Strategy · Best Baccarat Online Casinos · Bonuses for Beginners · Payments

    BalasHapus