KESEHATAN MASYARAKAT UNRIYO 2014
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Di Indonesia
hasil pemantauan kualitas air yang dilaksanakan melalui program Prokasih masih
menunjukkan tingginya kadar polutan di badan air. Air mempunyai karakteristik
fisik dan kimiawi yang sangat mempengaruhi kehidupan organisme di dalamnya.
Apabila terjadi perubahan kualitas perairan, terutama oleh bahan pencemaran
lingkungan, maka keseimbangan hidup organisme yang ada di perairan tersebut
bahkan kehidupan manusia pada khususnya dapat terganggu. Pencemaran lingkungan
air sebaiknya dikendalikan pada tingkat awal dari suatu proses pencemaran yang
terjadi. Apabila tingkat pencemaran air sangat dominan, maka pencegahan dan
penanggulangannya memerlukan biaya yang sangat mahal (Sugiharto, 2008).
Untuk
Yogyakarta telah ada sebuah lembaga atau instansi yang khusus mengurus air
limbah ini. Instansi tersebut dinamakan Balai IPAL (Instalasi Pengolahan Air
Limbah). Balai IPAL ini terletak di Jalan Bantul KM 6, tepatnya di Dusun Cepit,
Kalurahan Pendowoharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Propinsi DIY. Sistem
IPAL ini menjangkau kurang lebih 1250 hektar daerah pelayanan atau sekitar
110.000 penduduk dengan 18.420 sambungan yang terdiri atas 17.330 sambungan
rumah tangga dan 1.090 sambungan nonrumah tangga. Luas lahan IPAL Sewon ini
adalah 6, 7 hektar.
Pengelolaan
Balai IPAL ini melibatkan tiga unsur pemerintah daerah yakni Sleman (5
kecamatan), Kota (seluruh kota), dan Bantul (3 kecamatan) yang lebih dikenal
sebagai Kartamantul. Balai IPAL ini telah berdiri sejak 1996 atas hibah dana
dari Jepang, APBN, dan APBD dengan jumlah total dana adalah 68 milyar. Secara
garis besar IPAL ini memiliki tiga kemanfaatan yakni perlindungan terhadap
badan-badan air (sungai dan sumur) dari pencemaran rumah tangga, peningkatan
dan estetika lingkungan, pemanfaatan hasil IPAL berupa pupuk organik dari
lumpur air limbah.
Balai IPAL
ini melibatkan beberapa instansi antara lain: Dinas Kimpraswil Yogyakarta,
Bappeda Kabupaten/Kota, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kebersihan, Keindahan dan
Pemakaman (DKKP), Dinas Kimpraswilhub, Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan.
Pengoperasian Balai IPAL Sewon berada di bawah koordinasi Sub Dinas Cipta Karya
Dinas Kimpraswil DIY dengan 35 personil yang berasal dari staf pemerintah
Kartamantul Propinsi DIY dan pegawai kontrak. Sedangkan biaya operasional IPAL
berasal dari APBD Kartamantul Propinsi DIY.
B. Tujuan
C. Manfaat
1.
Mahasiswa
mengetahui proses Instalasi Pengelolaah Air Limbah (IPAL)
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah
tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada umumnya mengandung
bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta
menggangu lingkungan hidup. Sumber lain mengatakan bahwa air limbah adalah
kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman,
perdagangan, perkantoran dan industri, yang bercampur dengan air tanah, air
permukaan dan air hujan. Berdasrkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
air limbah adalah air yang tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah
tangga maupun kegiatan lain seperti industri, perhotelan dan sebagainya.
Diantara dampak kegiatan
yang sangat berpengaruh pada kualitas lingkungan adalah dihasilkannya limbah
pada berbagai kegiatan diatas. Beberapa pengertian air limbah menurut beberapa
pendapat antara lain:
1. Menurut Azwar
(1989), air limbah adalah air yang tidak bersih dan mengandung berbagai zat
yang membahayakan kehidupan manusia atau hewan serta tumbuhan, merupakan
kegiatan manusia seperti, limbah industri dan limbah rumah tangga.
2. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003), air limbah atau air
buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri
maupun tempattempat umum lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau
zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu
lingkungan hidup.
3. Pengertian lain menyebutkan bahwa air limbah adalah kombinasi
dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan,
perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air tanah, air permukaan dan air
hujan yang mungkin ada.
4. Menurut Sugiharto (1987), air limbah (wastewater) adalah
kotoran dari manusia dan rumah tangga serta berasal dari industri, atau air
permukaan serta buangan lainnya. Dengan demikian air buangan ini merupakan hal
yang bersifat kotoran umum.
Lingkungan hidup dapat dilindungi
dari pencemaran dengan pengolahan air limbah yang baik. Secara ilmiah
lingkungan mempunyai daya dukung yang cukup besar terhadap gangguan yang timbul
karena pencemaran air limbah tersebut. Namun demikian, alam tersebut mempunyai
kemampuan yang terbatas dalam daya dukungnya sehingga air limbah perlu diolah
sebelum dibuang. Beberapa cara sederhana pengolahan air buangan antara lain:
1. Pengenceran
atau Dilution
Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah
kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Tetapi dengan makin bertambahnya
penduduk, yang berarti makin meningkatnya kegiatan manusia, maka jumlah air
limbah yang harus dibuang terlalu banyak dan diperlukan air pengenceran terlalu
banyak pula maka cara ini tidak dapat dipertahankan lagi. Disamping itu, cara
ini menimbulkan kerugian lain, diantaranya bahaya kontaminasi terhadap badan-badan
air masih tetap ada, pengendapan yang akhirnya menimbulkan pendangkalan
terhadap badan-badan air, seperti selokan, sungai, danau, dan sebagainya.
Selanjutnya dapat menimbulkan banjir.
2. Kolam
Oksidasi atau Oxidation Ponds
Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar matahari,
ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air
limbah dialirkan ke dalam kolam besar berbentuk segi empat dengan kedalaman
antara 1-2 meter. Dinding dan dasar kolam tidak perlu diberi lapisan apapun.
Lokasi kolam harus jauh dari daerah pemukiman dan di daerah yang terbuka
sehingga memungkinkan sirkulasi angin dengan baik. Cara kerjanya untuk kolam
oksidasi atau Oxidation Ponds adalah
sebagai berikut:
a) Empat unsur yang berperan dalam proses pembersihan
alamiah ini adalah sinar matahari, ganggang, bakteri, dan oksigen. Ganggang
dengan butir khlorophylnya dalam air limbah melakukan proses fotosintesis
dengan bantuan sinar matahari sehingga tumbuh dengan subur.
b) Pada proses sintesis untuk pembentukan karbohidrat dari H2O
dan CO2 oleh chlorophyl dibawah pengaruh sinar matahari terbentuk O2 atau
oksigen. Kemudian oksigen ini digunakan oleh bakteri aerobik untuk melakukan
dekomposisi zat-zat organik yang terdapat dalam air buangan disamping itu
terjadi pengendapan.
c) Sebagai hasilnya nilai BOD dari air limbah tersebut
akan berkurang sehingga relatif aman bila akan dibuang ke dalam badan-badan air
seperti kali, danau, sungai.
3. Irigasi
Air limbah
dialirkan ke dalam parit-parit terbuka yang digali dan air akan merembes masuk
ke dalam tanah melalui dasar dan dinding parit-parit tersebut. Dalam keadaan
tertentu air buangan dapat digunakan untuk pengairan ladang pertanian atau
perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk pemupukan. Hal ini terutama dapat
dilakukan untuk air limbah dari rumah tangga, perusahaan susu sapi, rumah
potong hewan, dan lain-lainnya di mana kandungan zat-zat organik dan protein
cukup tinggi yang diperlukan oleh tanam-tanaman.
Sebagai patokan dapat
dipergunakan acuan bahwa 85-95% dari jumlah air yang dipergunakan menjadi air
limbah apabila industri tersebut tidak menggunakan kembali air limbah tersebut
(Sugiharto,1987). Meskipun merupakan air sisa namun volumenya besar karena
lebih kurang 80% dari air yang digunakan bagi kegiatan-kegiatan manusia
sehari-hari tersebut dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor atau tercemar. Selanjutnya air limbah ini
akhirnya akan mengalir ke sungai dan laut dan akan digunakan oleh manusia lagi.
Oleh sebab itu, air limbah ini harus dikelola dan atau diolah secara baik. Air
limbah ini berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat dikelompokkan
menjadi sebagai berikut:
1. Air limbah
yang bersumber dari rumah tangga atau domestic
wastes water, yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada
umumnya air limbah ini terdiri dari ekskreta yaitu tinja dan air seni, air
bekas cucian dapur dan kamar mandi, dan umumnya terdiri dari bahan-bahan
organik.
2. Air limbah
industri yang berasal dari berbagai jenis industri akibat proses produksi.
Zat-zat yang terkandung didalamnya sangat bervariasi sesuai dengan bahan baku
yang dipakai oleh masing-masing industri, antara lain nitrogen, sulfida,
amoniak, lemak, garam-garam, zat pewarna, mineral, logam berat, zat pelarut,
dan sebagainya. Oleh sebab itu, pengolahan jenis air limbah ini, agar tidak
menimbulkan polusi lingkungan menjadi lebih rumit.
3. Air limbah
kotapraja atau municipal wastes water
yaitu air buangan yang berasal dari daerah perkantoran, perdagangan, hotel,
restoran, tempat-tempat umum, tempat ibadah, dan sebagainya. Pada umumnya
zat-zat yang terkandung dalam jenis air limbah ini sama dengan air limbah rumah
tangga.
Karakteristik air limbah
perlu diketahui karena hal ini akan menentukan cara pengolahan yang tepat
sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Pengolahan air limbah dapat
digolongkan menjadi tiga yaitu pengolahan secara fisika, kimia, biologi. Ketiga
proses tersebut tidak selalu berjalan sendirisendiri tetapi kadang-kadang
harus dilaksanakan secara kombinasi antara satu dengan yang lainnya. Ketiga
proses tersebut yaitu (Daryanto, 1995):
1. Karakteristik
fisik
Pengolahan
ini terutama ditujukan untuk air limbah yang tidak larut (bersifat
tersuspensi), atau dengan kata lain buangan cair yang mengandung padatan,
sehingga menggunakan metode ini untuk pimisahan. Pada umumnya sebelum dilakukan
pengolahan lanjutan terhadap air buangan diinginkan agar bahan-bahan
tersuspensi berukuran besar dan mudah mengendap atau bahan-bahan yang mengapung
mudah disisihkan terlebih dahulu. Proses flotasi banyak digunakan untuk
menyisihkan bahanbahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak
mengganggu proses berikutnya (Tjokrokusumo, 1995).
2.
Karakteristik kimiawi
Pengolahan
secara kimia adalah proses pengolahan yang menggunakan bahan kimia untuk
mengurangi konsentrasi zat pencemar dalam air limbah. Proses ini menggunakan
reaksi kimia untuk mengubah air limbah yang berbahaya menjadi kurang berbahaya.
Proses yang termasuk dalam pengolahan secara kimia adalah netralisasi,
presipitasi, khlorinasi, koagulasi dan flokulasi. Pengolahan air buangan secara
kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah
mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa phospor dan zat organik beracun,
dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Pengolahan secara
kimia dapat memperoleh efisiensi yang tinggi akan tetapi biaya menjadi mahal
karena memerlukan bahan kimia (Tjokrokusumo, 1995).
3.
Karakteristik bakteriologis
Semua
polutan air yang biodegradable dapat diolah secara biologis, sebagai pengolahan
sekunder, pengolahan secara biologis dipandang sebagai pengolahan yang paling
murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah dikembangkan berbagai metoda
pengolahan biologis dengan segala modifikasinya (Tjokrokusumo, 1995). Pengolahan air limbah secara
biologis, antra lain bertujuan untuk menghilangkan bahan organik, anorganik,
amoniak, dan posfat dengan bantuan mikroorganisme. Penggunaan saringan atau
filter telah dikenal luas guna menangani air untuk keperluan industri dan rumah
tangga, cara ini juga dapat diterapkan untuk pengolahan air limbah yaitu dengan
memakai berbagai jenis media filter seperti pasir dan antrasit. Pada penggunaan
sistem saringan anaerobik, media filter ditempatkan dalam suatu bak atau tangki
dan air limbah yang akan disaring dilalukan dari arah bawah ke atas (Laksmi dan
Rahayu, 1993).
Selain melakukan
pencegahan perlu adapun cara atau teknik pengolahan air limbah. Tujuan utama
pengolahan air limbah ini ialah untuk mengurai kandungan bahan pencemar di
dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan
senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat di
alam. Pengolahan air limbah tersebut dapat dibagi menjadi 5 tahap, berikut ini
adalah tahap-tahapannya:
1. Pengolahan
Awal (Pretreatment)
Tahap
pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan
padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah. Beberapa proses
pengolahan yang berlangsung pada tahap ini ialah screen and grit removal,
equalization and storage, serta oil separation.
2.
Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)
Pada
dasarnya pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang sama dengan
pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses yang berlangsung. Proses
yang terjadi pada pengolahan tahap pertama ialah neutralization, chemical
addition and coagulation, flotation, sedimentation, dan filtration.
3.
Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)
Pengolahan
tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat terlarut dari air limbah yang
tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa. Peralatan pengolahan yang
umum digunakan pada pengolahan tahap ini ialah activated sludge, anaerobic
lagoon, tricking filter, aerated lagoon, stabilization
basin, rotating biological contactor, serta anaerobic contactor
and filter.
4.
Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)
Proses-proses
yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga ialah coagulation and
sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion exchange,
membrane separation, serta thickening gravity or flotation.
5.
Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)
Lumpur yang
terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan sebelumnya kemudian diolah
kembali melalui proses digestion or wet combustion, pressure
filtration, vacuum filtration, centrifugation, lagooning
or drying bed, incineration, atau landfill
BAB III
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A. Gambaran
Umum IPAL Sewon
Instalasi Pengelolaan Air Limbah(IPAL) Sewon merupakan
instalasi pengelolaaan limbah terpusat yang berada di Jalan Bantul KM 6, Dusun
Cepit, Pendowoharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta.IPAL
Sewon dibangun mulai tahun 1994 - Desember 1995 dan mulai beroperasi
padatanggal 1 Januari 1996.
Sistem IPAL ini menjangkau kurang lebih
1250 hektar daerah pelayanan atau sekitar 110.000 penduduk dengan 18.420
sambungan yang terdiri atas 17.330 sambungan rumah tangga dan 1.090 sambungan
non rumah tangga. Luas lahan IPAL Sewon ini adalah 6, 7 hektar. Wilayah
pelayanan IPAL Sewon meliputi seluruh Kota Yogyakarta, sebagian wilayah
Kabupaten Bantul (5 kecamatan) dan sebagian Kabupaten Bantul (3 kecamatan).
Secara garis besar keberadaan IPAL Sewon
ini memiliki 3 manfaat yakni perlindungan terhadap badan-badan air (sungai dan
sumur) dari pencemaran rumah tangga, peningkatan dan estetika lingkungan,
pemanfaatan hasil IPAL berupa pupuk organik dari lumpur air limbah.
B. Hasil
1. Proses pengolahan air IPAL Sewon
Pengolahan
air limbah yang digunakan untuk mengolah limbah domestik di IPAL Sewon Bantul
adalah dengan proses pengolahan secara fisika biologi dan tidak menggunakan
proses secara kimia. Pengolahan air limbah di IPAL Sewon Bantul dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
a. Pengolahan pendahuluan (pre treatment)
Pengolahan
pendahuluan yang digunakan meliputi saringan jeriji,saringan kasar, bak
equalisasi dan pengandap pasir (grift chamber).
b. Pengolahan pertama (primary treatment)
Pengolahan
pertama adalah pengolahan yang bertujuan untuk menghilangkan zat padat
tercampur di dalam air limbah melalui pengendapan atau pengapungan.
c. Pengolahan kedua (secondary treatment)
Pengolahan
kedua yang digunakan dalam pengolahan air limbahdomestik di IPAL Sewon Bantul
adalah aerasi dan pertumbuhan bakteri.
d. Pengolahan lanjut (Ultimate disposal)
Pengolahan
lanjut yang digunakan dalam pengolahan air limbah domestik di IPAL Sewon Bantul
adalah pengolahan lumpur agar dapat dimanfaatkan kembali.
2. Unit pengolahan air limbah
Unit pengolahan air limbah yang digunakan dalam IPAL Sewon Bantul meliputi:
a. Saluran pembawa
Air limbah yang dialirkan
sebelum masuk IPAL akan dilewatkan pada saluran pembawa. Saluran pembawa
berbentuk lingkaran terbuat dari betondengan diameter 100 - 130 cm.
b. Rumah pompa
Rumah pompa terdiri dari :
1) Bak equalisasi (equalition pond)
Tujuan bak equalisasi dalam IPAL :
a) Untuk menjaga sistem pengolahan biologis dari
pembebanan bahan organik yang berfluktuasi.
b) Untuk mengawasi derajat pH
c) Untuk meredam aliran yang masuk bagi sistem pengolahan
fisik.
d) Untuk memberikan aliran yang kontinyu pada sistem pengolahan biologis saat IPAL sedang tidak
dioperasikan.
e) Untuk memberikan kontrol kapasitas aliran air limbah
yang lebih merata.
f) Mencegah masuknya konsentrasi zat beracun yang tinggi
dalam sistem pengolahan biologis.
Bak
equalisasi di dalam IPAL dirancang secara khusus sebagai bagian dari rumah
pompa, sehingga dari luar fungsinya tidak terlihat begitu jelas.
2) Saringan jeriji
Saringan jeriji terletak sebelum pompa angkat.
Berfungsi untuk memisahkan kotoran-kotoran seperti tas-tas plastik dan bahan
terapung lainnya dalam aliran masuk. Kotoran-kotoran tersebut dipisahkan secara
manual dengan penggaruk aluminium dari ayakan jeriji dan dibuang minimal sehari
sekali.
3) Water indicator level
Water indicator level berfungsi menunjukkan ketinggian
air limbahyang akan diolah dan jenis pengoperasian pompa. Ada dua
jenispengoperasian pompa berdasarkan ketinggian air :
a) Operasi pompa otomatis
b) Operasi pompa manual
Jika ada
peningkatan air limbah yang terjadi pada saat hujan deras maka air limbah
secara langsung dibuang ke sungai menggunakan by pass, karena kualitas air
limbah telah memenuhi effluen standar yang dapat diterima oleh badan air
penerima.
4) Pompa angkat
Pompa angkat jenis ulir (screw) berjumlah tiga buah
dengan kapasitas 10,7 m3/menit. Dimana dua unit operasional dan satu
unit sebagai cadangan.
Keuntungan menggunakan pompa ulir:
a) Saluran air limbah lanjutan tidak tersumbat oleh kotoran-kotoran
tas-tasplastik dan bahan-bahan terapung lainnya.
b) Mampu menurunkan beban BOD air limbah sampai
dengan30%.
c) Menghilangkan buih-buih tidak masuk ke dalam kolam
fakultatif.
c. Bak penangkap pasir (Grift Chamber)
Grift Chamber digunakan untuk
menyaring pasir, batu atau kerikil dan material kecil lainnya dari limbah cair.
Partikel yang diendapkan pada grift chamber mempunyai berat jenis yang besar
dan terdiri dari partikel-partikel anorganik dan organik. Pada umumnya partikel
yang diendapkan pada grift chamber adalah pasir. Grift chamber di IPAL Sewon
Bantul berjumlah satu buah dua jalur dan dilengkapi dengan :
1) Pompa pasir
Pompa pasir yang digunakan berjenis pompa celup (submersiblepump) dengan
spesifikasi alat berdiameter alat 100 x 1 m3/menit x15 m x 5,5 kw.
2) Siklon pemisah
Siklon pemisah yang digunakan memiliki spesifikasi alat diameter 100 x 1 m3/menit
dan berjumlah dua buah. Siklon pemisah ini dihubungkan langsung dengan pipa
keluaran dari pompa pasir. Tanah dan pasir yang dikumpulkan pada dasar grift
chamber dihisap bersama kotoran oleh pompa pasir yang dipisahkan menjadi
padatan dan cairan di dalam siklon pemisah, lalu tanah dan pasir yang sudah
dipisah ditimbun pada ruang dasar siklon.
3) Saringan kasar Saringan kasar yang digunakan berjumlah
dua buah dengan spesifikasi alat W 2000 x 40 mm (ukuran mesh). Berfungsi untuk
menghilangkan kotoran-kotoran plastik dan kotoran mengapung lainnya yang lolos
dari saringan jeriji. Kotoran tersebut dihilangkan dari saringan kasar dengan
cara manual dengan penggaruk aluminium satu atau dua kali dalam sehari.
d. Laguna aerasi fakultatif
Laguna
aerasi fakultatif merupakan salah satu jenis pengolahan air limbah secara
biologis dengan memanfaatkan tiga jenis bakteri, yaitu bakteri aerob, anaerob
dan fakultatif (aerob-anaerob) untuk mendegradasi kandungan bahan pencemar yang
terdapat dalam air limbah. Laguna aerasi fakultatif dirangkai dalam dua
kolam pararel dan tiap kolam terdiri dari dua buah kolam atau laguna, dengan
demikian semuanya berjumlah empat kolam atau laguna. Tiap kolam dilengkapi
denganaerator berjenis surface aeration dan waktu tinggal air limbah dilaguna
aerasi fakultatif ±5,5 hari.
Laguna aerasi fakultatif juga dilengkapi dengan :
1) Aerator Aerator yang digunakan berjumlah empat buah, type surfceaeration
dengan spesifikasi alat diameter 2000 x 48 rpm x 30 kw. Aerator dioperasikan
berdasarkan laju alir masukan kotoran. Secara umum pengoperasian aerator dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Laju aliran masukan dari kotoran(m3/hari)
|
3.874
|
7.750
|
11.625
|
15.500
|
Laju alir masukan dri kotoran(%)
|
25
|
50
|
50
|
100
|
Jumlah aerator yang beroperasi
|
2
|
2
|
4
|
4
|
Aerator yang dioperasikan
|
No 1-1
No 1-2
|
No 1-1
No 1-1
|
No 1-1/1-2
No 2-1/2-2
|
No 1-1/1-2
No 2-1/2-2
|
Meskipun
laju alir masukan dari kotoran lebih kecil dari laju alir rancangan, kotoran
harus tetap diumpan ke saluran laguna. Jika laju alir masukan dari kotoran 80%
lebih kecil dari harga rancangan, maka dapat dioperasikan hanya satu kolam saja
(No.1-1/1-2 atau No. 2-1/2-2). Pada kasus ini aerator No. 1-1/1-2 atauNo.
2-1/2-2 harus dioperasikan.
2) Kapal utama unit pembuangan lumpur Kapal utama unit
pembuangan lumpur satu buah dengan spesifikasi alat W 2300 x L 6000 X H 1000
bertenaga mesin. Berdasarkan harga rancangan 3300 m3 (110.000 orang dalam
daerah layanan dan menghasilkan lumpur 30 lt/orang.th : (110.000orang x 30
lt/org.th x 1000 = 3300 m3/th) lumpur per tahun akan terkumpul dalam laguna
aerasi fakultatif. Alat pembuang lumpur yang digunakan terdiri dari atas sebuah
unit penghisap dengan kapasitas 20 m3/jam (kandungan 20% padatan dan 80 %
cairan) pada sebuah kapal utama.
3) Indikator ikan
Ikan digunakan sebagai bioindikator terhadap tingkat
pemulihan kualitas air melalui proses pengolahan. Jika ikan yang dijadikan
indikator mati, maka hal itu menunjukkan bahwa kualitas air limbah masih jelek
.
e. Kolam pematangan
Air limbah yang telah diolah
di kolam fakultatif dialirkan ke kolam pematangan dengan maksud untuk
menstabilkan air limbah sebelum dibuang ke badan air. Kolam pematangan terdiri
dari dua sistem yang dirangkai secara pararel dengan kolam fakultatif. Setelah
penghilangan kotoran organik dan bakteri collon bacilli, limbah olahan
selanjutnya di alirkan ke dalam Sungai Bedog melalui pipa beton dan saluran
terbuka.
f. Tempat pengeringan lumpur (sludge drying bed)
Lumpur yang terkumpul dari
dalam laguna aerasi fakultatif di buang ke tempat pengeringan dengan
menggunakan unit pembuangan lumpur setahun sekali. Tempat pengeringan lumpur
keseluruhannya terdiri dari 25 kolam, dibagi menjadi tiga bagian. Bagian No. 1
terdiri dari 9 kolam dan bagian No.2/No.3 masing-masing terdiri dari 8kolam.
Kapasitas efektif dari satu kolam sekitar 240 m3. Jika konsentrasi lumpur 20 %
maka kapasitas unit pembuangan lumpur adalah 20 m3/jam. Sehingga satu kolam
pengering akan penuh dalam dua hari jika waktu operasi 6 jam/hari.
Lumpur yang berada pada tempat
pengeringan lumpur terbagi menjadi lapisan atas yang jernih dan lumpur yang
kental pada bagian bawah. Batang penutup dipindahkan untuk mengeluarkan lapisan
atas yang jernih dari tempat pengeringan. Operasi seperti ini diulangi untuk
mengentalkan lumpur hingga cairan tidak dapat dipisahkan lagi. Setelah lumpur
dikeringkan dengan panas matahari sampai bisa dikeluarkan dengan
pengeruk/sekop. Setelah dikeringkan di terik matahari 2-3 bulan, lumpur kering
dibawa dengan sebuah lori dan dibuang di tempat pembuangan lumpur.
3. Proses pengolahan air buangan
Air limbah domestik
yang berasal dari kota Yogyakarta dansebagian Kabupaten Sleman serta Kabupaten
Bantul dialirkan melalui jaringan pipa yang telah ada pada jaman Belanda.
Sistem jaringan pipa yang menuju ke IPAL juga dilengkapi dengan pipa
penggelontor. Fungsi dari pipa penggelontor adalah untuk melarutkan
sampah-sampah yang ada dalam pipa-pipa yang tidak disingkirkanakan menghambat
laju aliran air limbah ke IPAL. Air penggelontor diambil dari empat inlet,
yaitu Dam Bendolele, Dam Pogung, Dam Prawirodirjan dan Selokan Mataram. IPAL
sebagai tujuan akhir merupakan titik terendah dibandingkan dengan jaringan pipa
keseluruhan, sehingga jaringan pipa air limbah ini memanfaatkan sistem
pengaliran secara gravitasi dalam pengaliran air limbahnya.
Limbah kota (kotoran)
dipompakan ke dalam grift chamber dengan menggunakan pompa angkat. Sebelum
pompa angkat tersebut dipasangi jeriji untuk melindungi pompa dari kerusakan
akibat benda-benda besar seperti sampah. Pompa angkat tersebut jenis ulir
(screw). Pompa tersebut menghisap limbah secara kontinu tanpa tersumbat oleh
kotoran-kotoran yang terbawa aliran limbah. Pada IPAL ini dipasang tiga buah
pompa, dimana satu buah sebagai cadangan. Pompa jenis screw dapat dikendalikan
secara otomatis berdasarkan kuantitas air limbah yang mengalir.
Dengan pompa angkat
limbah kotor dituangkan ke dalam grift chamber dimana kotoran-kotoran kasar dan
berat seperti tanah dan pasir akan mengendap. Keluaran dari grift chamber
dialirkan kesaringan kasar untuk menangkap kotoran-kotoran seperti kantung
plastik, ranting kayu dan kotoran lainnya akan mengendap dan berkumpul di dasar
grift chamber. Kotoran tersebut kemudian dialirkan dengan menggunakan pompa
celup (submersible pump) dan akan dipisahkan dari limbah cair dan padatan
dengan menggunakan siklon pemisah. Kemudian padatan ditampung dalam hooper yang
berada dibawah siklon dan dibuang secara berkala, sedangkan limbah cair
dikembalikan ke dalam grift chamber. Limbah kotor yang telah diolah secara
fisik tersebut diumpankan melalui tangki distribusi ke laguna aerasi
fakultatif.
Laguna aerasi
fakultatif dibagi dalam dua jalur dan tiap jalur terdiri dari dua kolam yang
dirangkai secara seri. Di dalam laguna aerasi fakultatif, kotoran-kotoran
organik yang terkandung dalam limbah kotor akan diuraikan dan dihilangkan
secara biokimiawi dengan bantuan bakteri aerobik dan anaerobik. Pada permukaan
laguna aerasi fakultatif, aerator mekanis dipasang sebagai pemasok oksigen,
kemudian kotoran organik diuraikan oleh bakteri aerobik secara bersamaan pada
bagian dasar atau bawah laguna yang tidak mengandung oksigen terjadi penguraian
kotoran organik oleh bakteri anaerobik.
Setelah penghilangan
kotoran organik dilaguna aerasi, limbah olahan tersebut dialirkan ke kolam
pertumbuhan seperti halnya laguna aerasi fakultatif, kolam pertumbuhan juga terdiri
dari dua sistem yang dirangkai secara pararel. Setelah penghilangan kotoran
selanjutnya dialirkan ke dalam Sungai Bedog melalui pipa beton dan saluran
terbuka. Lumpur yang mengendap di dasar laguna aerasi fakultatif, diurai oleh
bakteri anaerobik dan lumpur tersebut harus dikuras atau dihisap setiap satu
sampai dua tahun sekali secara vakum dengan menggunakan ejector udara.
Lumpur yang terkumpul
dihisap dan kemudian ditampung di dalam bak-bak pengeringan lumpur. Kemudian
lumpur dikeringkan secara alamiah, selanjutnya lumpur kering tersebut
dimusnahkan di tempat pengolahan limbah padat yang berada di luar lahan
pengelolaan limbah kota ini.
C. Pembahasan
Pengolahan yang digunakan di IPAL Sewon adalah
pengolahan biologi dengan mempergunakan bakteri aerob sehingga pada instalasi
ini keberadaan aerator menjadi sangat vital. Hal ini terjadi karena aerator
memiliki fungsi untuk memasok oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk
menguraikan polutan. Apabila terjadi kerusakan pada aerator tentu proses
pengolahan tidak berjalan dengan baik dan limbah tersebut dapat menimbulkan
masalah baru.
Limbah yang masuk ke Instalasi Pengolahan Air Limbah
yang terlayani sampai saat ini belum memenuhi batas maksimal sesuai dengan
rancangan awal hal ini mungkin juga disebabkan karena IPAL Sewon yang
menggunakan gaya gravitasi untuk mengalirkan air limbahnya sehingga daerah yang terlayani hanya pada
daerah yang letak tanahnya lebih tinggi dari IPAL Sewon.
Rancangan awal dari IPAL Sewon hanya menampung air
limbah saja, namun kenyataannya masih ditemukan berbagai limbah padat yang ikut
terbawa oleh aliran limbah hal ini terjadi mungkin karena kesadaran masyarakat
yang masih kurang. Sampah-sampah itu akhirnya menyumbat aliran limbah pada
titik-titik tertentu. Salah satu dampak dari adanya sampah yang terikut aliran
air limbah adalah pihak IPAL secara rutin harus melakukan pembersihan saluran
perpipaan. Selain itu terdapat banyak sampah yang terikut hingga pada grift
chamber sehingga secara rutin pihak IPAL melakukan pengambilan sampah secara
manual.
Pemeriksaan saluran perpipaan yang dilakukan oleh
pihak IPAL mengalami berbagai kendala karena keterbatasan personil, dan jalur
perpipaannya yang panjang, sehingga terdapat beberapa titik yang dalam jangka
waktu bertahun-tahun baru dibersihkan. Titik-titik itu biasanya terdapat pada
jalur perkampungan.
Air limbah yang diperbolehkan masuk ke IPAL sewon
adalah seluruh air limbah domestik dari kegiatan kerumah tanggaan. Seluruh
limbah tersebut diperbolehkan memasuki inlet secara langsung, kecuali tinja
dari hasil pembersihan septic tank dan juga limbah laundry. Untuk penanganan
kedua limbah tersebut, pihal IPAL Sewon menyediakan bak penampung sebelum
dimasukkan ke inlet pengolahan. Jadi limbah tinja dan laundry didiamkan dulu
dalam kurun waktu tertentu, hal ini bertujuan agar efek samping dari kerusakan
yang mungkin timbul akibat kedua limbah tersebut. Limbah loundry memliki kadar
pH yang cukup tinggi sehingga bisa merusakkan komponen pengolah. Namun sampai
saat ini tempat yang digunakan untuk menampung limbah tinja dan laundry hanya
terdiri dari sebuah bak yang di atasnya ditutup dengan menggunakan plastik, bak
ini kurang efektif untuk digunakan sebagai penmapung, terutama untuk menampung
tinja karena tinja mengandung bakteri patogen yang dapat menimbulkan penyakit
pada manusia.
IPAL Sewon merupakan instalasi yang khusus untuk
mengolah limbah cair, namun pada musim hujan akan terjadi kenaikan debit limbah
akibat tercampurnya air hujan dengan air limbah. Air hujan ini dapat terikut ke
saluran limbah karena pipa saluran limbah sudah terlalu lama digunakan sehingga
terjadi kebocoran di beberapa titik.
Pengolahan dengan sistem lumpur aktif tentu akan
menimbulkan bahan sisa sludge. Lumpur hasil sisa dari pengolahan ini ditampung
pada bak pengering lumpur setelah disedot dari kolam aerasi. Sampai saat ini
lumpur-lumpur ini belum mengalami pengolahan karena lumpur hasil pengolahan
limbah cair dikategorikan sebagai B3.
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Mara dan Cairncross, 1994. Pemanfaatan Air
Limbah & Ekskreta Patoakan untuk perlindungan Kesehatan
Masyarakat. Bandung : ITB. Universitas Udayana
Sugiharto,
2008. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta : UI Press
Hendartomo, Tomi. 2002.Analisa Instalasi Ppengolahan Air Limbah (IPAL)
Sewon, Bantul, Yogyakara Tahun
2002._.
Muchtar, dkk. 2011. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Kendari.
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Haluoleo.
Said, Nusa
Idaman dan Wahjono, Heru Dwi. 1999. Alat pengolah Air Limbah Rumah Tangga Semi
Komunal Kombinasi Biofilter Anaerob dan Aerob.. Jakarta. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
Soeparman,
Suparmin. 2002. Pembuangan Tinja dan
Limbah Cair. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
Suwerda,
Bambang. 2007. Kajian Efisiensi pengolahan Air Limbah Domestik dan Kandungan
Logam Berat pada Ikan di IPAL Sewon Bantul Yogyakarta. Yogyakarta. Program
Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada(http:// etd.ugm.ac.id)
Tato,
Syahriar._. Desertasi Mengolah Limbah Cair Domestik dengan Filter Biogeokimia.
Baccarat | Play online - FEBCasino
BalasHapusHow to Play Baccarat · 바카라 사이트 How to play 인카지노 Baccarat · Rules of Baccarat · 1xbet Baccarat Strategy · Best Baccarat Online Casinos · Bonuses for Beginners · Payments